Perlu Sinergi Antara UMKM, Pemerintah dan Akademisi
01 Maret 2016, 17:11:34 Dilihat: 708x
Hasil evaluasi oleh para akademisi menemukan permasalahan perjalanan bisnis UMKM seperti kompetensi SDM belum maksimal, akses permodalan masih sulit dijangkau, konektivitas antar wilayah rendah dalam mendukung lalu lintas barang dan jasa, serta banyak lagi. Oleh karena itu, akademisi dalam ini perguruan tinggi bisa menjadi agen pelaksana terkait kegiatan pelatihan, inkubasi bisnis, maupun pendampingan usaha, khususnya untuk pelaku usaha pemula atau pelaku usaha yang ingin bermigrasi ke skala usaha yang lebih tinggi.
Demikian gambaran bisnis UMKM yang disampaikan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Timur, Dr. Ir. I Made Sukartha, CES dalam seminar nasional “Model Sinergi Program Akselerasi Daya Saing UMKM untuk Memperkuat Perekonomian Nasional Menuju Keunggulan Global” yang diselenggarakan oleh prodi Manajemen (Fakultas Ekonomi & Bisnis) Universitas Narotama (UNNAR), Sabtu (27/2). Seminar dalam rangka Dies Natalis UNNAR K3-35 ini menghadirkan narasumber Muhammad Najikh (Komite Ekonomi dan Industri Nasional), Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec (Komisaris BRI Syariah), I Made Sukartha (Kadis Koperasi & UMKM Jatim), dan Dr. Agus Dwi Sasono, SE.Ak, M.Si (Kaprodi MM UNNAR).
Menurut I Made Sukartha, dengan adanya sinergitas antara pemerintah dan akademisi diharapkan permasalahan para pelaku usaha bisa teratasi. Saat ini jumlah UMKM di Jatim mencapai 6,8 juta, sehingga dengan adanya evaluasi bisnis UMKM ini diharapkan bisa meningkatkan perkembangan UMKM di Jatim. Kontribusi UMKM pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jatim sebanyak 54,98 persen, sehingga hampir setengahnya berasal dari UMKM. Demi meningkatkan potensi UMKM, maka Diskop UMKM Jatim bekerja sama dengan PTS di Surabaya untuk mengevaluasinya.
Dr. Agus Dwi Sasono, SE.Ak, M.Si menjelaskan perlu beberapa strategi khusus agar UMKM mampu mengembangkan usahanya ke arah yang mandiri dan berdaya saing tinggi. Strateginya agar UMKM bisa mandiri dan berdaya saing tinggi harus ada suatu lembaga yang terintegrasi guna pembinaan di bidang pemasaran, produksi dan teknologi, kompetensi SDM dan akses pendanaan yang flekksibel. Menurut dia, dalam pelaksanaan Tri Dharma UNNAR pada UMKM, maka pihaknya akan membantu pemerintah secara maksimal dalam penelitian, seperti kajian mengenai UMKM, karena pelaku UMKM akan membutuhkan bantuan advokasi, pembinaan, atau suatu hasil kajian komprehensif yang dapat mendorong perkembangan UMKM.
Muhammad Najikh yang juga pemilik PT Kelola Mina Laut mengatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing perusahaan maka dibutuhkan innovation, knowledge management, dan entrepreneurship. Untuk persaingan saat ini, maka dibutuhkan inovasi, mulai dari model bisnis, differensiasi produk dan lainnya. Selain itu, dalam perpektif harga dan biaya juga perlu ada pembaharuan. Selama ini masih banyak menggunakan rumusan harga sama dengan biaya ditambah dengan keuntungan. Namun dalam perkembangan saat ini sudah berubah bukan lagi price sama dengan cost plus profit, namun cost adalah price dikurangi profit.
Sementara itu, Prof. Dr. Ir. Hermanto Siregar, M.Ec menuturkan BRI Syariah memiliki produk-produk unggulan yang sesuai bagi kebutuhan masyarakat, antara lain Tabungan Faedah BRI Syariah iB, Tabungan Haji BRI Syariah iB, Tabungan SimPel iB, Deposito dan KPR BRI Syariah iB. Salah satu produk BRI Syariah yang menjadi favorit adalah Tabungan Faedah BRI Syariah karena fasilitasnya lebih murah mulai dari setoran awal yang ringan, yaitu dari Rp100.000, bahkan Gratis biaya administrasi bulanan tabungan dan kartu ATM jika saldo nasabah minimum tidak kurang dari Rp50.000.
Selain itu, lanjut Hermanto Siregar, biaya tarik tunai, transfer dan cek saldo murah, diskon 50 persen di seluruh Jaringan ATM Bank BRI, Bersama & Prima dan gratis di mesin ATM BRISyariah. Dilengkapi pula dengan berbagai fasilitas e-channel berupa SMS Banking, Mobile Banking dan Internet Banking, sehingga cocok untuk para pelaku usaha UMKM. Pembiayaan terbesar di BRI Syariah adalah pada segmen Komersial dengan pangsa 30,6 persen dari total pembiayaan, diikuti oleh segmen Mikro (21,3 persen), sementara Non Performing Financing (NPF) terbesar adalah pada segmen Small Medium Enterprise (SME) mencapai 8,08 persen diikuti oleh Komersial 6,96 persen. [nar/berbagai sumber]
:: Materi Seminar Nasional dapat di download pada link berikut.
Foto: Muhammad Najikh menyampaikan materi seminar nasional “Model Sinergi Program Akselerasi Daya Saing UMKM untuk Memperkuat Perekonomian Nasional Menuju Keunggulan Global” di Conference Hall Lt.2 UNNAR, Sabtu (27/2).